Model Persediaan Joint Economic Lot Size
   

Lot size merupakan metode perhitungan yang digunakan untuk menentukan jumlah order suatu material sehingga biaya inventori dapat diminimumkan. Sedangkan JELS ini merupakan model pengembangan yang

dikembangkan oleh Jauhari dengan permintaan probabilistik dan ukuran pengiriman sama. Di dalam jurnal yang ditulis Nyoman mengatakan kalau model persediaan seperti Joint Economic Lot Size (JELS), yang mengintegrasikan pengelolaan persediaan dalam supplychain, telah menarik perhatian beberapa peneliti untuk mengembangkannya.

Beberapa model masih mengasumsikan permintaan deterministik, padahal dalam kondisi nyata permintaan akan bervariasi dari waktu ke waktu dan asumsi deterministik tersebut akan membuat model persediaan yang ada sulit diaplikasikan pada kondisi riil (Pujawan, 2009). Pada model setiap lot pemesanan akan dikirim dalam beberapa lot pengiriman dan pemasok akan memproduksi barang dalam ukuran batch produksi yang merupakan kelipatan integer dari lot pengiriman. Ada beberapa keuntungan dalam menggunakan JELS (Lei 2005) :

  1. Membuat informasi yang jelas, untuk mengembangkan apa yang dibutuhkan dalam hubungan pembeli dan penyuplai.
  2. Dari informasi yang jelas yang sudah didapatkan, pembeli dan penyuplai dapat memberikan tindakan untuk membuat keputusan mengenai peminimalisasian biaya dan menetapkan keuntungan antara pembeli dan

Kalau di gambarkan ( Gambar 1) atau diilustrasikan JELS melihat bagaimana seorang penyuplai (Pemasok) mengirim pesanan yang dia punya ke tangan pembeli (manufaktur), seterusnya pembeli (manufaktur) akan mengirimkan pesanan ke pembelinya (Customer dari manufaktur(buyer)) dengan memperhitungkan biaya yang paling optimal. Dikembangkan pula suatu algoritma untuk menyelesaikan model matematis yang telah dibuat. Selain itu, pengaruh perubahan parameter terhadap perilaku model diteliti dengan analisis sensitivitas terhadap beberapa parameter kunci, seperti ukuran lot, stok pengaman dan total biaya persediaan. Selain itu dibuat model simulasi untuk melihat performansi model matematis pada kondisi nyata.

Model integrasi dalam pengontrolan persediaan dari Pemasok – manufactur - Customer manufactur(buyer)Sumber: Lei, 2005
Gambar 1 : Model integrasi dalam pengontrolan persediaan dari Pemasok – manufactur – Customer manufactur(buyer)
Sumber: Lei, 2005

Model produksi dengan kuantitas yang ekonomis

Pendekatan EOQ dapat digunakan dalam kasus produk yang diproduksi di rumahan atau industri menengah. Di dalam EOQ, apa yang tersedia itu harus diterima dan segera di gunakan untuk memenuhi permintaan (Askin & Goldberg, 2001). Jika produknya berupa item, maka yang harus terlebih dahulu di lakukan adalah mendapatkan bahan baku untuk mempersiapkan kebutuhan dalam proses produksi sebelum mengerjakan permintaan pesanan. Dengan demikian, yang harus di perhitungkan juga adalah biaya persediaan saat proses antara penggunaan bahan baku dalam lantai produksi dan penyelesaian batch. Model dimodifikasi yang diarahkan untuk menentukan ukuran batch.

s didefinisikan sebagai biaya setup dan p sebagai waktu proses untuk variabel yang dibutuhkan dengan satuan per unit. Tingkat persediaan dalam proses dan produk yang selesai (produk jadinya) ditunjukkan pada gambar 1, Gambar 1 mengilustrasikan kasus di mana seluruh batch tersedia selama setup (waktu persiapan) dan produksi untuk semua item. Setelah produksi, batch ditambahkan ke produk jadi. Seperti pada EOQ, level produk jadi mengalami penurunan dengan tingkat konstan (D).

Untuk memperhitungkan biaya tambah terhadap produk di dalam proses pada WIP, kita misalkan M harga bahan baku (per unit produk) dan v nilai tambah proses (dalam rupiah). dengan demikian, biaya item yang selesai adalah C = M + v. karena ada kenaikan nilai produk dari M ke M + v selama produksi, didekati nilai dari suatu unit proses M + v / 2. Dengan mendasarkan biaya persediaan WIP pada realisasi bahwa setiap unit produk yang diminta berjalan melalui proses produksi. Flow Time yang aktual melalui shop sering dapat didekati dengan beberapa waktu batch processing. misalnya, umumnya melaporkan bahwa throughput yang rata-rata dua puluh kali waktu proses batch untuk job shop. Proses perakitan dan flow lines, mungkin memiliki waktu throughput hanya dua atau tiga kali waktu proses yang sebenarnya yang terjadi.

Di mana tingkat kedatangan adalah pengukuran sebagai jumlah batch baik yang dimuali dari lantai produksi per waktu atau diselesaikan per waktu. Dan w menjadi rasio waktu throughput untuk waktu proses.

Model matematika untuk biaya total persediaan :

Pemasok (Pemasok).

Produsen (Manufacturer).

  1. Pembeli/Konsumen (Buyer).

Gambar 2.5Grafik Pemesanan Yang Di Lakukan Oleh Pemasok, Produsen Dan Pembeli Sumber: Askin & Goldberg, 2001
Gambar 2 : Grafik Pemesanan Yang Di Lakukan Oleh Pemasok, Produsen Dan Pembeli Sumber: Askin & Goldberg, 2001

Di mana total biaya tersusun dari biaya pesan, biaya pembelian material, persediaan WIP dan biaya persediaan produk jadi. Ada lima faktor yang termasuk dalam WIP yakni :

1. f , fraksi biaya simpan

2. M+v/2, nilai tambah produk dalam proses ($).

3. s+pQ, waktu yang diperlukan untuk membuat produk (waktu)

4. D, jumlah yang dikirim saat

Ukuran pemesanan yang ekonomis untuk pemasok, produsen dan pembeli dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

1. Pemasok

2. Produsen

3. Pembeli

Dengan melihat dengan menata ulang rumus, kita mendapat rumus baru yang bisa digunakan dalam perhitungan total biaya gabungan:

Dan dari rumus di atas bisa didapatkan perhitungan ukuran pemesanan gabungan yang ekonomis, di rumuskan :

Sumber Bacaan

Ahmad, Jauhari W, Pujawan. I Nyoman dan Eko, Stefanus W (2009). Model Joint Economic Lot Size Pada Kasus Pemasok- Pembeli Dengan Permintaan Probabilistik. Jurnal teknik industri.

Askin. G. Ronald & Jeffrey. B Goldberg, (2001). Design And Analysis Lean Production Systems. Phoenix Color. United States.

 

Tags: , , , , ,

Diposting oleh hestanto


Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *