Pariwisata olahraga (sport tourism) Indonesia menjadi salah satu agenda wisata dunia dan masih termasuk fenomena baru. Potensi pariwisata di Indonesia cukup besar. Diantara tujuan wisatawan datang ke Indonesia, menginginkan untuk kegiatan petualangan dan tantangan alam yang menarik dibingkai dalam kegiatan pariwisata olahraga. Pariwisata olahraga berasal dari kata pariwisata dan olahraga. Pariwisata olahraga adalah salah satu jenis pariwisata yang menjadikan aktivitas olahraga sebagai daya tarik utama meliputi semua pengalaman yang didapatkan dari melakukan atau mempraktekkan kegiatan olahraga atau menikmati aktivitas olahraga sebagai tontonan atau hiburan, yang membutuhkan perjalanan dari tempat tinggal ke tempat yang berbeda dari asalnya (Masrurun, 2020).
Menurut Kristiyanto(2019) bahwa pariwisata olahraga memiliki fungsi hereditas mewarisi sifat keolahragaan (terutama olahraga rekreasi) dan sifat kepariwisataan (terutama wisata minat khusus). Keduanya memiliki nilai keunikan dan keunggulan untuk mendatangkan minat masyarakat. Olahraga memiliki kekuatan dan daya tarik yang secara alamiyah mampu bersimbiosis mutualisme dengan sektor pariwisata. Pariwisata olahraga mengaktualisasikan sebagai fenomena sosial, ekonomi, budaya yang timbul dari interaksi yang unik dari aktivitas manusia disuatu tempat. Peningkatan kualitas masyarakat salah satu hal penting dalam peningkatan indeks pembangunan manusia (human development index) di Indonesia (Damanik, 2019).
Pariwisata olahraga menghubungkan dua tempat terpisah bidang sosial ekonomi yang semakin penting dalam pengembangan suatu negara yaitu (1) salah satu yang terbesar sektor ekonomi di dunia (pariwisata), (2) salah satu sektor yang paling berpengaruh secara global (Peeters., dkk, 2014). Pengembangan pariwisata olahraga membutuhkan sinergitas seluruh komponen untuk mendatangkan berbagai keuntungan terutama sumber devisa negara dan juga pendapatan daerah untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat di kawasan tempat wisata. Selain itu, pariwisata olahraga membawa pengaruh ekonomi, sosial, budaya, sebagai dampak dari perjalanan wisata (Pradana, 2019).
Keuntungan lain ialah menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar tempat wisata, menaikkan jumlah investasi dalam infrastruktur dan fasilitas olahraga, mendatangkan keuntungan untuk perusahaan lokal tempat wisata. Hal ini selaras dengan pasal 80 ayat 1 UU Sistem Keolahragaan Nasiona Republik Indonesia Tahun 2005 bahwa pengembangan industri olahraga dilaksanakan melalui kemitraan yang saling menguntungkan agar terwujud kegiatan olahraga yang mandiri dan profesional. Sehingga tujuan dari industri olahraga sebenarnya terciptanya kemandirian dan keprofesionalan olahraga di Indonesia.Kemandirian dan keprofesionalan akan menjadi modal yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kualitas baik bagi sumber daya manusia dalam wisata.
Komodifikasi olahraga yang ditelaah oleh Kristiyanto (2019) memiliki 2 model yaitu;
- Model Sport and Destination ialah destinasi wisata menjadi modal utama dari proses memperbesar sukes komodifikasi olahraga. Di Indonesia terdapat banyak event olahraga yang dipadukan dengan modal populer destinasi wisatawan yang memiliki daya tarik tinggi bagi wisatawan mancanegara maupun lokal. Contohnya Borobudur, lahir dari popularitas karena menjadi salah satu keajaiban dunia sama halnya dengan Mandiri Jogja International Marathon yang diadakan di Prambanan. Event olahraga memiliki potensi besar untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
- Model Sport and MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) ialah model ini bukan sebatas perkawinan event olahraga populer dalam destinasi wisata populer tetapi olahraga menjadi sistemik yang dikemas dalam “sistem gurita” progam pariwisata menjadi salah satu subsektor dari industri perjalanan dan pariwisata didasari oleh wisata minat khusus (special interest tourism). Sebagai contoh penenrapan model Joglosemar MICE. Event olahraga yang berkontribusi dalam pengembangan olahraga di Joglosemar MICE ada 4 kunci utama diantaranya; Pertama, penyelenggaraan yang dikresasikan dalam ranah olahraga formal misalnya PON, PORDA, Kejurda maupun Kejurnas. Kedua, penyelenggaraan olahraga nonformal misalnya aneka festival, extreme sports dalam rangka pameran produk ataupun extreme sports di destinasi alam atau cagar budaya wilayah Joglosemar. Ketiga, peluang penyelenggaraan event kolosal yang berkontribusi bagi ekselerasi MICE dalam ranah olahraga rekreasi kawasan Joglosemar. Keempat, konversi nasional dan internasional keolahragaan merupakan event lain yang prospek berdampak bagi masa kini dan masa depan olahraga dikemas dalam temu ilmiah seperti seminar, konferensi, simposium, FGD olahraga dan berbagai kegiatan yang menghadirkan stakeholder nasional maupun internasional. Sisi menarik dari sport tourism ada pada nilai active, atraktif, dinamis, kolosal, sosial dan humanis (Kristiyanto,2019).
Menurut Damanik (2016), pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan pariwisata diantaranya, wisatawan, industri pariwisata (penyedia jasa), pendukung wisata, pemerintah, masyarakat lokal, lembaga swadaya masyarakat. Pariwisata memiliki keterkaitan dengan olahraga. Pariwisata olahraga berkembang dan membuka peluang lapangan kerja dan memiliki kesempatan untuk dikembangkan dan berdampak besar terhadap berbagai sektor khususnya ekonomi. Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha terencana untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan sarana, barang dan jasa/fasilitas yang diperlukan guna melayani kebutuhan wisatawan (Subhani, 2010).
Pariwisata olahraga termasuk dalam salah satu pengembangan dari industri olahraga. Industri olahraga merupakan bagian integral dari industri nasional membuka lapangan kerja serta peluang usaha. Bentuk upaya kolektif berbagai pihak untuk mengembangkan perilaku ekonomi produsen dan konsumen dengan menjembatani produksi barang atau jasa olahraga (Kristiyanto, 2008). Menurut Aji Setiawan, (2017) industri olahraga bisa dikatakan proses mengolah barang dan jasa menjadi produk guna memenuhi kebutuhan yang memiliki nilai profit oriented.
Industri olahraga biasanya sebatas musiman berkembang secara alamiah dan kurang tertangani dengan serius. Industri olahraga memiliki upaya untuk memperdayakan dan pembangunan masyarakat (Kristiyanto,2008). Hal tersebut menunjang adanya ketrampilan baru terkait pembangunan dan pengembangan pariwisata olahraga dapat memberikan pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia juga dalam menggali potensi sumber daya alam pada daerah setempat untuk membantu mewujudkan kesejahteraan hidup masyarakat.
Selain itu, berguna untuk memassalkan pariwisata olahraga agar diikenal dan menjadi pilihan wisata bagi masyarakat. Image masyarakat yang baik terhadap kegiatan olahraga merupakan modal besar bagi media untuk promosi produk dalam event olahraga baik nasional maupun internasional. Kualitas event olahraga merupakan faktor utama yang diperhatikan adalah aspek pemasaran. Event yang ber-mutu tinggi yang mempunyai nilai jual (Sukarmin,2010). Media memberikan kemasan yang bagus sehingga dapat menggait hati peminat untuk mengikuti kegitan pariwisata olahraga.
Kekuatan kepercayaan setiap event dengan memberikan fasilitas terbaik akan memberikan dampak yang sangat baik terhadap setiap pengunjung akan pelayanan yang baik. Menurut Lumintuarso (2005) 2 faktor penting dalam industri olahraga demi terselenggaranya event olahraga mengandung 2 aspek,:
- Aspek internal sebagai pembangun event olahraga yang melibatkan partisipasi masyarakat dan perangkat infrastruktur. Partisipasi masyarakat terhadap suatu event sebagai upaya menunjukkan tujuan olahraga bernilai tinggi,
- Aspek eksternal yang melibatkan aspek publik guna menjual olahraga. Penyelenggaraan event olahraga melibatkan media guna terhubungnya informasi acara kepada masyarakat dimana media sebagai alat bantu olahraga.
Penyelenggaraan event sport tourism di Indonesia masih terbilang minim. Sebagian besar masyarakat sudah melakukan kegiatan sport tourism namun masih belum menyadari akan hal tersebut. Beberapa alasan industry olahraga belum bekermbang di Indonesia diantaranya:
1) Masalah Permodalan, perlu kolaborasi dengan swasta khususnya pengusaha ataupun bank untuk mendukung publikasi sekaligus sosialisasi sport tourism agar dikenal oleh masyarakat,
2) Rendahnya sumber daya manusia, kualitas pelaku olahraga khususnya pelatih, fasilitator olahraga yang masih banyak menggunakan sumber daya manusia asing karena factor lisensi,
3) Masalah strategi pemasaran produk, sumber daya manusia yang mengikuti dan memahami perkembangan teknologi guna menambah kualitas kemampuan dan kapasitas sehingga mampu melakukan pemasaran yang mendapatkan profit tinggi,
4) Lemahnya jaringan usaha dan kerja sama usaha, hubungan baik dengan konsumen memberikan imbal balik yang positif saling menguntungkan,
5) Kelemahan dalam mentalitas usaha dan kewirausahan, cara berfikir sumber daya manusia dalam bertindak yang memiliki sikap tanggung jawab, disiplin, inovatif dan kreatif.
Sumber Bacaan
Masrurun, Z.Z. (2020). Kajian Strategi Pengembangan Pariwisata Olahraga Paralayang di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Pariwisata, 7(1), 1-11.
Kristiyanto, A. 2008. Industri Olahraga, Kemiskinan, dan Pengangguran (Apresiasi Industri Mikro Sektor Olahraga di Pulau Jawa). Procceding Konvensi Nasional Penjas-Bandung, 24-25 November 2008. Surakarta
Kristiyanto, A. 2019. Komodifikasi Olahraga Untuk Penguatan Daya Tarik Pariwisata Minat Khusus (Meramu Potensi, Aspek Keberlanjutan dan Daya Saing Sport Tourism). Prosiding Seminar Nasional IPTEK Olahraga 2019. Surakarta.
Subhani, Armin. 2010. Potensi Obyek Wisata Pantai di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2010. Tesis. Progam Pascasarjana Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
Aji Setiawan, D. 2017. Upaya Meningkatkan Industri Olahraga. Seminar Nasional Keindonesian II 2017. Semarang