

Pengelolaan Industri Genteng
Sejarah industri genteng
Menurut sejarah, industri genteng yang berada di Dusun Berjo Wetan Kelurahan Sidoluhur ini mulai tumbuh sejak tahun 1950-an. Kala itu kerajinan genteng di wilayah Godean itu masih sangat sederhana. Produk genteng yang dihasilkannya pun juga masih sangat sederhana. Produk genteng yang dihasilkan saat itu kebanyakan jenis genteng “krupuk”. Sesuai dengan julukannya, genteng krupuk adalah genteng yang berbentuk relatif kecil dan tipis sehingga relatif mudah pecah. Daya tahan genteng juga tidak terlalu awet. Selain itu, di masa- masa itu belum begitu banyak warga setempat yang menjadi pengrajin genteng.
Kini kerajinan genteng di wilayah Dusun Berjo Wetan telah mengalami penuruanan jumlah pengusaha. Jumlah pengusaha genteng di Dusun Berjo Wetan kini hanya berjumlah 25 pengusaha. Beberapa pengusaha sudah mulai meninggalkan usaha genteng. Bahan baku tanah untuk pembuatan genteng ini semula diambil dari lokasi setempat yaitu seputar Gunung Berjo, Gunung Pare, dan Kwagon. Karena saat ini jumlah bahan baku yang diambil dari bukit sekitar sudah tidak mencukupi lagi maka bahan baku pembuatan genteng ini didatangkan dari wilayah Kulon Progo, Borobudur, Magelang.
Pengelolaan industri Genteng
Gerabah mulai dikenal orang sejak ribuan taun lalu, bahkan dari data arkheologis menyebutkan sejak zaman prasejarah, ketika manusia mulai bias bercocok tanam kerajinan gerabah ini mulai dikenal orang. Diperkirakan kerajinan gerabah ini berasal dari negeri Cina sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Awalnya orang membuat gerabah untuk peralatan rumah tangga, misalnya kuali, tempayan, kendi, dan lain- lain yang semuanya terbuat dari tanah liat yang dibakar. Pada perkembangan selanjutnya, kerajinan gerabah ini bukan hanya untuk membuat barang-barang kebutuhan rumah tangga saja, tetapi juga untuk bahan bangunan, seperti bata merah, genteng dan terakhir keramik, misalnya piring, guci dan tegel. Akibat perkembangan kerajinan gerabah menjadi bahan- bahan keramik ini, maka orang menggolongkan gerabah menjadi dua jenis yaitu :
- Gerabah yang mampu menyerap air, misalnya bata merah, genteng celengan, tungku, kuali, kendi, dan lain-
- Gerabah yang tidak mampu menyerap air atau dikenal dengan keramik, misalnya tegel keramik, cangkir, piring, guci, vas bunga, tempat paying, meja kursi taman dan lain- lain.
Dalam penelitian ini membahas tentang industri genteng maka pembahasan selanjutnya lebih difokuskan pada pengelolaan produksi genteng. Proses produksi genteng ini sebenarnya tidak terlalu rumit. Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan sebelum nantinya genteng ini dipasarkan. Adapun hal- hal tersebut adalah :
1. Persiapan Produksi Genteng
Persiapan yang mula- mula dilakukan yaitu menyiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan selama proses produksi, termasuk didalamnya adalah mesin press (digunakan untuk mencetak genteng), mesin giling (untuk mencampur tanah liat dan mencetak dalam bentuk batu bata), cangkul (untuk mencangkul tanah liat), ancak (untuk untuk mengangin- anginkan genteng), pagan (tempat ancak mengangin- anginkan genteng), tobong (untuk membakar genteng), dan pisau sisik (untuk membersihkan dan merapikan kulit- kulit genteng).
2. Proses Produksi Genteng
Proses produksi genteng ini terdiri dari beberapa tahap, antara lain sebagai berikut :
a. Pengolahan bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan genteng adalah tanah liat. Bahan baku tersebut didapat dari luar daerah. Teknik pengolahan tanah liat terdiri dari dua macam, yaitu :
- Manual, Bahan (tanah liat) dipukul- pukul dengan alu (bodem), kemudian dibolak-balik dengan cangkul. Begitu seterusnya hingga bahan-bahan tersebut menjadi halus.
- Mesin, Bahan tanah liat dihaluskan dengan menggunakan mixer pengaduk tanah. Cara kerja mixer pengaduk ini menggunakan tenaga mesin. Tanah yang akan digiling telah dicampur dengan air dan digiling hingga menghasilkan adonan tanah yang lembut dan siap untuk dicetak.
b. Proses Pencetakan
Dalam proses pencetakan genteng pengrajin genteng membuat cetakan. Ada 2 cetakan yang dipakai dalam pembuatan genteng, yaitu cetakan bata dan cetakan genteng. Sebelum dicetak menjadi sebuah genteng, adonan dicetak menjadi bata terlebih dahulu. Setelah dalam bentuk bata kemudian diangin-anginkan, ditata satu persatu di pagan/rak untuk mengangin-anginkan genteng, agar bata tersebut keras dan dapat dicetak. Setelah didapat bata yang keras dan sesuai untuk di press maka bata tersebut dilunakkan dengan cara dipukul- pukul dicampuri dengan minyak bacin agar hasil cetakan genteng bagus hasilnya.
Setelah dilunakkan, kemudian dimasukkan di mesin press cetak maka akan didapat genteng yang setengah jadi. Kemudian ditempatkan di ancak dan ditata serta diangin- anginkan kembali di pagan. Setelah cukup keras, kemudian menggunakan pisau sisik, membersihkan bagian- bagian kulit dan kerak genteng yang tidak sesuai dengan cetakan. Setelah benar- benar rapi, kemudian genteng dijemur di bawah terik matahari sampai kering. Pengeringan genteng ini memakan waktu 1 hingga 2 hari.
c. Pembakaran
Setelah genteng kering, kemudian genteng ditata dimasukkan ke dalam tobong untuk dibakar menggunakan kayu yang sudah disediakan. Tobong merupakan tempat untuk membakar genteng yang berbentuk seperti luweng atau tempat untuk memanaskan yang fungsinya sama dengan kompor namun bahan bakarnya berupa kayu bakar dengan ukuran besar.
Pembakaran di tobong memakan waktu satu hari satu malam atau bahkan lebih. Genteng akan kelihatan merah- merah. Tobong didiamkan beberapa saat hingga dingin kemudian dibongkar, kemudian genteng siap dijual dan dipasarkan kepada konsumen
3. Pemasaran
Genteng yang sudah jadi siap untuk dipasarkan langsung di tempat usaha ataupun di luar daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan daerah lainnya. Pemasaran produk genteng ini dipasarkan melalui media cetak dan elektronik, serta pemasaran produk secara langsung yaitu dilakukan melalui grosir atau lewat pedagang pengumpul dan juga melalui pemesanan.
Tags: Pengelolaan industri Genteng, Persiapan Industri genteng, Persiapan Produksi Genteng, Proses Produksi Genteng, Sejarah industri genteng