Kesehatan fisik, kenyamanan, dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh rancangan tempat kerja (Ayoub, 1973). Dalam industri, terdapat beberapa posisi kerja, yaitu; posisi duduk, posisi berdiri dan posisi sit-stand.
Posisi kerja ergonomi merupakan suatu posisi pekerjaan yang memperhatikan kenyamanan dan kesehatan tubuh seseorang. Hal ini dilakukan dengan menyesuaikan peralatan kerja, meja kerja, kursi, dan lingkungan kerja serta postur tubuh yang benar saat bekerja. Posisi kerja ergonomi bertujuan untuk mengurangi risiko cedera dan melindungi kesehatan pekerja.
Berikut beberapa tips untuk memastikan posisi kerja yang ergonomis:
- Kursi: Pastikan kursi memiliki dukungan punggung yang baik, bisa diatur ketinggiannya dan memiliki pegangan untuk menyeimbangkan postur tubuh.
- Meja: Meja harus memiliki ketinggian yang sesuai dengan tinggi badan, bisa diatur dan memiliki permukaan yang luas untuk menempatkan peralatan kerja.
- Layar komputer: Layar harus diletakkan pada ketinggian mata dan harus memiliki dukungan neck untuk mengurangi memiringkan kepala.
- Keyboard dan mouse: Letakkan keyboard dan mouse pada posisi yang mudah dijangkau dan memastikan bahwa tangan dan lengan bekerja dalam posisi yang alami dan nyaman.
- Cahaya: Pastikan cahaya tidak menimbulkan silau dan memastikan adanya cahaya yang cukup pada area kerja.
- Postur tubuh: Hindari duduk terlalu lama dan berolahraga secara teratur untuk memperkuat otot dan membantu mencegah cedera.
Dengan memastikan posisi kerja yang ergonomis, Anda dapat membantu mencegah cedera dan memelihara kesehatan tubuh Anda saat bekerja.
Rancangan fasilitas kerja sangat menentukan postur kerja operator, sehingga fasilitas kerja yang baik menunjang postur kerja yang baik pula (Ayoub, 1973).
Posisi duduk adalah posisi yang paling sering digunakan dalam dunia industri (Grandjean dan Hunting, 1977). Posisi kerja duduk yang berkepanjangan meningkatkan ketidaknyamanan pada pekerja (Fenety dan Walker, 2002). Posisi kerja duduk seringkali dianggap sebagai penyebab ketidaknyamanan pada sistem muskuloskeletal (Husemann dkk, 2009). Alasan utama pada pengembangan kursi adalah untuk mengurangi ketegangan fisik pada tubuh, karena saat duduk tubuh mengendurkan otot pada kaki dan beberapa otot dari tubuh (Grandjean dan Hunting, 1977).
Posisi kerja berdiri dilakukan saat pekerjaan yang dilakukan tidak bisa dilakukan dengan posisi duduk (Ayoub, 1973). Berdiri terlalu lama mengakibatkan beban bertumpu pada area kaki saja, hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya varises. Pekerjaan dengan posisi berdiri sering kali dikaitkan dengan masalah ketidaknyamanan, gejala gangguan badan dan anggota tubuh bagian bawah (Antle dan Côté, 2013). Stasiun kerja dengan posisi kerja berdiri sebisa mungkin dihindari karena operator akan berdiri dalam waktu yang lama sehingga membuat operator lebih cepat lelah dan menyebabkan penurunan produktivitas pekerja (Das dan Grady, 1983a). Menurut Ayoub (1973) dalam posisi berdiri dan melakukan pekerjaan secara manual, tinggi permukaan kerja harus 2-4 inci dibawah tinggi siku. Menurut Hanna dan Konz (2004) ketinggian kerja yang baik adalah 15-20 cm dibawah siku dengan catatan bahwa kebanyakan item yang dikerjakan memiliki ukuran 2,5 cm-12,5 cm. Sedangkan menurut Konz (1967) dalam Das dan Grady (1983a) tinggi permukaan kerja yang paling tepat untuk posisi kerja berdiri adalah sekitar 2,5 cm dibawah siku.
Stasiun kerja sit-stand adalah stasiun kerja yang memungkinkan operatornya melakukan pekerjaan yang sama dengan posisi duduk atau berdiri dengan ketinggian kerja yang bisa diatur sendiri (Karakolis dan Callagan, 2014). Karena posisi kerja yang lebih fleksibel, Das dan Grady (1983a) menyebutkan bahwa stasiun kerja sit-stand secara umum paling diinginkan daripada stasiun kerja yang hanya memungkinkan posisi kerja duduk atau berdiri karena memungkinkan perubahan posisi kerja dan hal ini mengurangi keluhan akan kelelahan otot yang disebabkan oleh posisi kerja statis yang dilakukan dalam waktu yang cukup lama.
Pengertian Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai manusia yang mencakup karakteristik pada fisik maupun nonfisik, kemampuan dan kelemahan manusia. Ergonomi juga merupakan metode untuk merancang suatu sistem agar sesuai sehingga efektif, nyaman, sehat, dan efisien. Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “ergon” yang berarti kerja dan “nomos” yang mempunyai arti hukum atau aturan (Tarwaka, 2019).
Ergonomi dapat diartikan sebagai ilmu yang menyangkut tentang keselamatan, kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, di sekolah dan tempat manapun. Ergonomi memiliki tujuan agar manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dengan baik (Norfiza dan Infi, 2011).
Dalam kehidupan sehari-hari ergonomi dapat diterapkan kapan dan dimana saja. Penerapan ergonomi dalam kehiduapan sehari-hari diharapkan mengurangi risiko-risiko cidera pada pengguna. Hal ini bertujuan agar ergonomi dapat diterima dan dapat memberikan manfaat yang maksimal pada penggunanya. Tarwaka (2019) mengatakan bahwa ergonomi memiliki beberapa tujuan yaitu sebagai berikut:
- Meningkatkan Kesehatan mental dan fisik dengan cara mencegah terjadinya cidera pada saat bekerja. Mengurangi beban kerja mental dan fisik, mengusahakan adanya kepuasan kerja dan promosi.
- Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan cara meningkatkan kualitas kontak sosial dan pemantauan kerja dengan cara yang tepat. Meningkatkan jaminan sosial selama usia produktif maupun tidak produktif.
- Menciptakan keseimbangan dengan mempertimbangkan berbagai aspek secara logis. Hal yang dipertimbangkan yaitu teknis, ekonomi, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja sehingga akan tercipta kualitas kerja dan hidup yang lebih baik.
Tujuan ergonomi tersebut dapat tercapai dengan maksimal apabila adanya keserasian antara manusia dengan apa yang dilakukan. Hal ini pula dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kemampuan dan kelemahan yang dimiliki oleh manusia tersebut. Tak hanya itu ada pula faktor lain seperti umur, jenis kelamin, antropometri, ras, Kesehatan jasmani, pendidikan dan sebagainya.
Sikap dan Postur Kerja
Masih banyak industri yang belum menjadikan kaidah ergonomi sebagai prioritas dalam merancang lingkungan kerja. Kaidah ergonomi yang penting di sini adalah sikap dan postur kerja. Sikap/postur kerja adalah gambaran posisi tubuh, kepala, dan anggota tubuh lainnya seperti tangan dan kaki pada saat berinteraksi dengan sarana/peralatan kerja. Menurut Sugiharto dkk (2013) postur kerja merupakan bagian yang penting dari beberapa faktor risiko akibat kerja serta terdapat keterkaitan antara sikap/postur tubuh dalam bekerja dengan metode kerja yang digunakan. Sikap tubuh yang baik dalam bekerja dipengaruhi oleh ukuran peralatan kerja, bentuk dan susunan tempat kerja, dan cara menggunakan peralatan kerja.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan, yaitu:
- Dapat dilakukan dalam posisi duduk atau berdiri ataupun secara bergantian
- Postur atau gerakan tubuh yang tidak benar harus dihindari atau diminimalkan.
- Fasilitas untuk duduk dibuat senyaman mungkin agar tidak membebani pekerja.
Terdapat beberapa sikap tubuh pada saat bekerja yang diatur dalam kaidah ergonomi menurut Wignjosobroto dkk (2012), yaitu:
- Bagi pekerja yang duduk, posisi badan saat bekerja harus nyaman. Faktor psikologis juga diperhatikan supaya tidak ada gangguan.
- Bagi pekerja yang berdiri, posisi tulang punggung harus lurus dan bobot/berat badan terbagi pada kedua tungkai kiri dan kanan.
Wignjosobroto dkk (2012) menyebutkan bahwa posisi pekerja berdiri, duduk, jongkok, atau apapun tidak perlu diperhatikan, pertimbangan ergonomi yang harus diperhatikan. Kondisi kerja membuat sikap kerja dari karyawan kadang-kadang berada pada posisi aneh dan berlangsung dalam jangka panjang sehingga mengakibatkan pekerja cepat lelah dan mengakibatkan penyakit kerja.
Sikap kerja yang baik ditentukan dari hasil analisis postur kerja. Apabila hasil analisis mengatakan bahwa sikap/postur kerja dalam keadaan aman, maka sikap kerja tersebut dikatakan baik. Terdapat beberapa contoh analisis postur kerja, yaitu: RULA (Rapid Upper Body Assessment), REBA (Rapid Entire Body Assessment), OWAS (Ovako Working Posture Analysis System), LUBA (Loading on the Upper Body), dan lain-lain.