Teori Sinyal (Signalling Theory)
   

Teori pensinyalan Menurut Khairudin dan Wandita (2017) dalam (Zulaecha & Atik Mulvitasari, 2018) teori sinyal merupakan suatu tanda atau sinyal informasi yang dibutuhkan oleh investor maupun calon investor untuk menentukan dan mempertimbangkan apakah investor akan menanamkan modalnya atau tidak pada perusahaan tersebut. 9 Sedangkan menurut Brigham dan Houston dalam Suganda (2018) menerangkan teori sinyal adalah tindakan yang diambil oleh pihak manajer perusahaan untuk menyampaikan sinyal atau petunjuk bagi investor mengenai kondisi keuangan dan prospek perusahaan.

Dalam teori sinyal, laporan keuangan dapat digunakan untuk memberikan sinyal positif (good news) atapun sinyal negatif (bad news) kepada para penggunanya. Berdasarkan teori sinyal, laporan keuangan yang sehat menunjukan bahwa perusahaan telah menjalankan kegiatan operasionalnya dengan baik. Teori sinyal dapat digunakan untuk menilai kondisi keuangan suatu perusahaan, sehingga dapat dikatakan perusahaan tersebut termasuk dalam kategori sehat atau tidak sehat. Dari informasi keuangan tersebut investor ataupun calon investor dapat menentukan apakah akan berinvestasi pada perusahaan tersebut atau tidak.

Teori sinyal merupakan salah satu alasan perusahaan memiliki dorongan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada pihak eksternal dalam bentuk laporan keuangan. Dorongan perusahaan untuk menyampaikan informasi yaitu karena terdapat asimetri informasi antara pengelola perusahaan dengan para pemegang saham, karena pengelola perusahaan memiliki lebih banyak informasi terkait seluruh kegiatan dan perkembangan perusahaan dibandingkan dengan para pemegang saham.

Teori signal atau signaling theory didasarkan pada asumsi bahwa informasi yang diterima oleh masing-masing pihak tidak sama. Teori ini berkaitan dengan asimetri informasi yang mana menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi. Untuk itu,manajer perlu memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan melalui penerbitan laporan keuangan.

Teori signal ini pertama kali dikembangkan oleh Ross tahun 1977. Dalam membangun teori signal berdasarkan adanya informasi asimetris antara informasi yang berasal dari manajemen (well-informed) dan informasi yang berasal dari pemegang saham (poo informed). Teori ini berdasarkan pemikiran bahwa manajemen akan memberikan informasi kepada investor atau pemegang saham ketika mendapatkan informasi yang baik yang berkaitan dengan perusahaan seperti peningkatan nilai perusahaan. Akan tetapi, investor tidak mempercayai informasi tersebut karena para manajer dianggap memiliki kepentingan tersendiri/interest party, sehingga perusahaan yang memiliki nilai tinggi akan melakukan signaling terhadap kebijakan keuangan perusahaan dan hal ini berbeda dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah.

Signal adalah proses yang memakan biaya, berupa deadweight costing yang bertujuan untuk menyakinkan investor tentang nilai perusahaan. Signal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain yang memiliki nilai rendah karena faktor biaya. Signal dapat berupa informasi yang menyatakan bahwa perusahaan A lebih baik daripada perusahaan B atau perusahaan lainnya. Signal juga dapat berupa informasi yang dapat dipercaya terkait gambaran atau prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Pengguna laporan keuangan terutama investor membutuhkan informasi untuk menganalisis risiko setiap perusahaan. Perusahaan yang baik akan mempublikasikan laporan keuangan secara terbuka dan transparan serta mempublikasikan pengungkapan secara sukarela.

Para ahli telah menyampaikan teori signal (signalling theory) sebagai berikut:

  1. Menurut Houston.et.al (2011:185) isyarat atau signal adalah suatau tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.
  2. Menurut et.al (2010:493) Model sinyal dividen membahas ketidak sempurnaan pasar yang membuat kebijakan pembayaran yang relevan yaitu informasi asimetris. Jika manajer mengetahui bahwa perusahaan mereka kuat sementara investor tidak mengetahui hal ini, maka manajer dapat membayar dividen (atau secara agresif membeli kembali saham) dengan harapan memberikan kualitas sinyal perusahaan mereka ke pasar. Sinyal secara efektif memisahkan perusahaan yang kuat dengan perusahaan-perusahaan yang lemah (sehingga perusahaan yang kuat dapat memberikan sinyal jenisnya ke pasar), Hal ini menjadi mahal untuk sebuah perusahaan yang lemah untuk meniru tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang kuat.
  3. Menurut Jogiyanto (2014:392), informasi yang dipublikasikan perusahaan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pada saat informasi atau pemegang saham untuk mendorong mereka berinvestasi dalam perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan perusahaan di masa depan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori sinyal (signaling theory) membahas bagaimana seharusnya sinyal-sinyal (informasi) keberhasilan dan kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik perusahaan. Sinyal-sinyal (informasi) tersebut dapat diberikan melalui laporan keuangan perusahaan. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka telah melakukan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang berkualitas. Kebijakan akuntansi tersebut merupakan prinsip yang mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

Informasi yang diterima oleh investor dapat berupas sinyal yang baik (good news) atau sinyal yang jelek (bad news). Sinyal yang baik, apabila laba yang dilaporkan perusahaan meningkat dan sebaliknya apabila laba yang dilaporkan oleh perusahaan mengalami penurunan, maka termasuk sinyal yang jelek bagi investor.

Hal ini menyebabkan informasi merupakan unsur penting bagi investor atau pelaku bisnis, karena informasi tersebut menyaikan keterangan, catatan atau gambaran perusahaan baik untuk keadaan masa lalu, saat ini dan keadaan yang akan datang bagi kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk pengambil keputusan investasi.

Teori sinyal ini dapat digunakan dalam membahas naik turunnya harga saham dipasar modal, sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Tanggapan para investor terhadap sinyal positif dan negatif akan mempengaruhi kondisi pasar. Investor akan berekasi dengan berbagai cara, seperti melihat dan menunggu perkembangan yang ada, kemudian baru mengambil keputusan.

Teori sinyal (Signalling theory) melandasi pengungkapan sukarela. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Manajemen berusaha mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangan diminati oleh para investor dan pemegang saham khususnya informasi berupa berita yang baik. Manajemen juga berusaha menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan.

Teori sinyal (signaling theory) dapat diaplikasikan pada tingkat leverage perusahaan, dimana perusahaan yang besar akan membuat insentif yang mendorong mereka mengambil leverage tinggi. Hal tersebut tidak akan diikuti oleh perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan yang lebih kecil rentan mengalami kebangkrutan, sehingga hal ini akan menciptakan separating equilibrium, yaitu dimana perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi akan menggunakan lebih banyak hutang dan perusahaan yang memiliki nilai yang lebih rendah akan menggunakan lebih banyak ekuitas. Teori sinyal ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah dengan cara mengobeservasi kepemilikan struktur pemodalannya serta menandai valuasi tinggi untuk perusahaan yang highly level dan equilibrium stabil karena perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang lebih tinggi.

Selain contoh diatas, teori sinyal ini juga dapat membantu dalam melakukan stock split. Perusahaan yang melakukan stock split adalah untuk menambahkan jumlah saham yang beredar dengan menjadikan harga saham lebih murah sehingga dapat menarik investor dan saham perusahaan menjadi lebih likuid diperdagangan di pasar modal (bursa saham). Stock split ini dapat dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil sesuai dengan tingkat resiko yang ditentukan.

Signaling theory menyatakan bahwa stock split dianggap perusahaan memberikan sinyal yang baik kepada publik berkaitan dengan prospek perusahaan yang bagus dimasa yang akan datang, karena perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah perusahaan yang memiliki saham dengan harga tinggi. Stock split hanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki prospek kinerja lebih baik dimana perusahaan yakin bahwa harga saham setelah dipecah akan naik sesuai dengan kenaikan kinerja perusahaan dimasa akan datang. Perusahaan yang melakukan stock split harus menanggung semua biaya yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut, padahal pemecahan saham tidak mempengaruhi modal dan cash flow perusahaan.

Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa teori sinyal memilik kelebihan yaitu dapat menjelaskan mengapa terjadinya peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial leverage sedangkan kelemahan teori ini adalah teori ini tidak dapat menjelaskan hubungan kebalikan antara profitabilitas dan leverage dan tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan dan nilai intangible asset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang daripada perusahaan yang memiliki tangible aset tinggi yang tidak menggunakan hutang. Namun, di dalam teori ini diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidak simetrisan informasi.

Tags: ,

Diposting oleh hestanto


Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *