Definisi Manajemen Laba
Secara umum, manajemen laba merujuk pada tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen sebuah perusahaan untuk secara sengaja mempengaruhi angka-angka dalam laporan keuangan. Tujuan dari praktik ini adalah untuk membuat laporan tersebut lebih menarik bagi berbagai pihak, seperti investor, kreditor, dan analis pasar.
Manajemen laba tidak selalu memiliki konotasi negatif. Sering kali, praktik ini digunakan untuk memanfaatkan fleksibilitas yang ada dalam standar akuntansi. Manajer dapat memilih kapan harus mengakui pendapatan atau biaya, dengan mempertimbangkan waktu yang paling menguntungkan untuk kondisi keuangan perusahaan saat itu. Misalnya, jika sebuah perusahaan ingin menunjukkan performa yang stabil kepada investor, mereka mungkin menggunakan manajemen laba untuk mengurangi fluktuasi keuangan yang besar antar periode.
Namun, penting untuk membedakan antara manajemen laba yang dilakukan secara etis dan praktik yang berpotensi mengarah pada manipulasi laporan keuangan. Jika dilakukan dalam batasan yang diizinkan oleh GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) atau IFRS (International Financial Reporting Standards), manajemen laba bisa menjadi strategi yang sah. Tetapi jika melampaui batasan ini, praktik tersebut dapat berubah menjadi penipuan atau ‘earnings management’ yang bisa menyesatkan para pemangku kepentingan.
Sebagai contoh, bayangkan sebuah perusahaan yang memilih untuk menunda pengakuan biaya besar ke periode berikutnya dengan tujuan mempertahankan laba operasionalnya di periode saat ini. Tindakan ini bisa dianggap sebagai bagian dari manajemen laba jika masih sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, meskipun dapat mempengaruhi cara orang melihat kesehatan keuangan perusahaan tersebut.
Secara keseluruhan, memahami manajemen laba mengajak kita untuk melihat lebih dari sekadar angka dalam laporan keuangan dan memahami alasan di balik angka-angka tersebut. Ini adalah kombinasi antara keterampilan dalam memahami regulasi dan pengetahuan dalam penerapannya, yang jika dilakukan dengan benar, dapat memperkuat posisi perusahaan di mata para pemangku kepentingan tanpa mengorbankan transparansi atau integritas.
Menurut Scott (2000) yang dikutip dalam Wahyono dkk (2013), pola manajemen laba dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
- Taking a Bath
Pola ini muncul saat terjadi reorganisasi, seperti pengangkatan CEO baru. Teknik ini melibatkan pengakuan biaya-biaya di masa depan serta kerugian pada periode berjalan, sehingga laba pada periode berikutnya dapat terlihat lebih tinggi. - Income Minimization
Teknik ini diterapkan ketika perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi dan diperkirakan laba di periode mendatang akan menurun secara signifikan. Dengan memanfaatkan laba periode sebelumnya, perusahaan dapat mengatasi penurunan laba yang diperkirakan. - Income Maximization
Dilakukan saat laba perusahaan mengalami penurunan. Tujuan dari teknik ini adalah untuk melaporkan laba bersih yang lebih tinggi, yang dapat mempengaruhi bonus dan menghindari pelanggaran kontrak utang jangka panjang. - Income Smoothing
Teknik ini bertujuan untuk meratakan laba yang dilaporkan agar fluktuasi laba tidak terlalu besar, karena investor umumnya lebih menyukai laba yang stabil. - Offsetting Extraordinary/Unusual Gains
Teknik ini melibatkan pemindahan dampak laba yang tidak biasa atau bersifat sementara yang berlawanan dengan tren laba. - Aggressive Accounting Applications
Teknik ini merujuk pada penggunaan akuntansi agresif yang dapat menyebabkan salah sajian laba antar periode. - Timing Revenue and Expense Recognition
Teknik ini melibatkan pengaturan waktu pengakuan pendapatan dan beban, misalnya dengan mengakui pendapatan secara prematur.
Motivasi Oportunistik dan Signaling dalam Manajemen Laba
Menurut Chen dan Cheng (2002), terdapat dua jenis motivasi yang mendorong manajer dalam praktik manajemen laba: motivasi oportunistik dan motivasi signaling. Motivasi-motivasi ini dapat dijelaskan melalui teori keagenan dan teori signaling.
Teori keagenan, yang telah dibahas sebelumnya, menggambarkan bagaimana konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba demi kepentingan pribadi mereka. Sementara itu, teori signaling menjelaskan bahwa manajer menggunakan laporan laba sebagai sinyal untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan menunjukkan perbaikan, manajer mungkin memilih untuk menurunkan laba akuntansi sebagai sinyal bahwa perusahaan sedang mengalami pertumbuhan berkelanjutan dan stabilitas yang baik. Sebaliknya, jika kinerja perusahaan memburuk, manajer mungkin akan meningkatkan laba akuntansi untuk memberikan sinyal positif tentang potensi pemulihan atau kestabilan di masa depan, sehingga meningkatkan persepsi investor terhadap kesehatan finansial perusahaan.
Analisis Model Empiris dalam Manajemen Laba
Dalam upaya untuk memahami dan menganalisis praktik manajemen laba, perbedaan pemahaman dan motivasi telah memicu pengembangan berbagai model empiris. Secara umum, terdapat tiga kategori utama model empiris manajemen laba berdasarkan metode pengukuran yang digunakan (Sulistyanto, 2008):
- Model berbasis akrual: Model ini menggunakan akrual diskresioner sebagai indikator manajemen laba. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Healy (1985), DeAngelo (1986), Jones (1991), serta Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995).
- Model berbasis specific accrual: Pendekatan ini mengukur akrual dengan mempertimbangkan item laporan keuangan spesifik dari industri tertentu sebagai proksi manajemen laba. Model ini dikembangkan oleh McNichols dan Wilson (1988), Petroni (1992), Beaver dan Engel (1996), Bebeish (1997), serta Beaver dan McNichols (1998).
Strategi Manajemen Laba
Manajemen laba dapat dilakukan dengan tiga metode utama, yaitu peningkatan laba, penurunan laba, dan perataan laba. Setiap metode memiliki tujuan khusus yang berbeda. Scott (2000) sebagaimana dikutip oleh Nasution dan Setiawan (2007) menjelaskan bahwa salah satu cara manajemen laba adalah dengan mengurangi laba (income decreasing earnings management). Tujuan dari pengurangan laba ini adalah untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar. Dengan laba bersih yang rendah, pajak yang dibayar perusahaan pun menjadi lebih rendah. Sebaliknya, peningkatan laba bertujuan untuk menghindari kerugian, menghindari pelaporan penurunan laba, dan menjaga agar tidak gagal dalam prediksi analis. Sedangkan perataan laba atau income smoothing sering dilakukan oleh manajer untuk menjaga stabilitas laba demi mempertahankan harga saham di pasar. Lebih lanjut, Widowati (2009) sebagaimana dirangkum oleh Setiawati (2010) mengungkapkan beberapa alasan atau motivasi perusahaan dalam melakukan manajemen laba, antara lain:
- Kompensasi manajer yang terkait dengan laba akuntansi.
- Pertimbangan pasar modal.
- Penggunaan data akuntansi dalam perjanjian utang atau kredit.
- Pertimbangan pajak.
- Kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
- Untuk memperoleh atau mempertahankan kontrol atas perusahaan.
- Pertimbangan terhadap karyawan.
Peran Manajemen Laba dalam Konteks Bisnis Modern
Manajemen laba adalah konsep yang sering menjadi bahan perdebatan dalam dunia bisnis, terutama terkait dengan etika dan kepatuhan akuntansi. Meskipun sering dipandang negatif karena potensi untuk disalahgunakan, sebenarnya manajemen laba memiliki beberapa fungsi penting yang bisa memberikan manfaat signifikan bagi perusahaan jika diterapkan dengan bijaksana. Berikut adalah beberapa peran utama manajemen laba yang perlu dipahami lebih dalam:
- Mengoptimalkan atau Menstabilkan Laba yang Dilaporkan
Tujuan utama manajemen laba adalah untuk mengoptimalkan atau menstabilkan laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Dalam dunia investasi, di mana kesan pertama sangat mempengaruhi keputusan, laporan keuangan yang menunjukkan kinerja yang solid dan stabil dapat membantu menarik investor dan mendapatkan pembiayaan. Misalnya, menjelang penawaran saham perdana (IPO) atau pencarian dana baru, perusahaan mungkin melakukan penyesuaian pada laporan keuangan untuk memperlihatkan kondisi yang lebih menguntungkan. Ini bukan hanya tentang manipulasi angka, tetapi lebih kepada penyajian informasi yang akurat dan representatif dalam konteks waktu yang relevan.
- Pengelolaan Risiko
Manajemen laba juga berfungsi sebagai alat pengelolaan risiko yang penting. Dengan mengatur waktu pengakuan pendapatan dan biaya, perusahaan dapat memitigasi fluktuasi ekstrem dalam laporan keuangan yang mungkin disebabkan oleh kondisi eksternal seperti volatilitas pasar atau perubahan kebijakan pemerintah. Pengelolaan laba yang hati-hati dapat membantu perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih stabil dan dapat diprediksi. Hal ini sangat dihargai oleh analis dan investor karena memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kesehatan finansial perusahaan dan mengurangi ketidakpastian.
- Memenuhi atau Melampaui Ekspektasi Analis dan Benchmark Industri
Manajemen laba memungkinkan perusahaan untuk memenuhi atau bahkan melampaui ekspektasi analis pasar dan standar industri. Dengan mencapai target-target yang diharapkan, perusahaan dapat memperbaiki citra mereka di mata investor dan berpotensi mempengaruhi harga saham mereka secara positif. Namun, penting untuk melakukan manajemen laba dengan hati-hati dan transparan, menghindari praktik manipulasi yang berlebihan yang dapat berdampak negatif pada kepercayaan pasar dan reputasi perusahaan.
- Pengambilan Keputusan Strategis Internal
Selain perannya di luar perusahaan, manajemen laba juga memiliki fungsi strategis internal yang penting. Dengan memahami dampak dari berbagai kegiatan operasional terhadap laporan keuangan, manajemen dapat membuat keputusan bisnis yang lebih terinformasi. Misalnya, keputusan untuk menunda atau mempercepat pengeluaran tertentu dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan menyesuaikan strategi investasi untuk mencapai tujuan jangka panjang. Ini memungkinkan perusahaan untuk merancang strategi yang lebih efektif dan responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis.
Faktor-Faktor yang Mendorong Munculnya Manajemen Laba
Manajemen laba dapat muncul dari berbagai faktor dan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Berikut adalah beberapa faktor utama yang menyebabkan praktik ini:
- Manajemen Akrual (Accruals Management)
Manajemen akrual adalah salah satu praktik utama dalam manajemen laba. Dalam sistem akrual, manajemen memiliki kebebasan untuk menentukan kapan pendapatan dan biaya diakui dalam laporan keuangan. Ini berarti bahwa perusahaan dapat memilih untuk mengakui pendapatan dan biaya pada waktu yang dianggap paling menguntungkan atau sesuai dengan strategi perusahaan. Misalnya, perusahaan dapat mempercepat pengakuan pendapatan sebelum akhir tahun fiskal untuk meningkatkan keuntungan yang dilaporkan atau menunda pengakuan biaya untuk menjaga laba tetap tinggi. Selama praktik ini dilakukan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, seperti Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) atau International Financial Reporting Standards (IFRS), hal ini tetap legal. Namun, manajemen akrual yang tidak hati-hati bisa mengarah pada penyajian laporan keuangan yang tidak akurat.
- Penerapan Suatu Kebijakan Akuntansi yang Wajib
Perusahaan sering kali menghadapi kebijakan akuntansi baru yang diwajibkan oleh regulator atau standar akuntansi yang berlaku. Manajemen dapat memilih untuk menerapkan kebijakan ini lebih awal atau menundanya hingga batas waktu yang ditentukan. Pilihan ini seringkali didorong oleh pertimbangan tentang bagaimana kebijakan baru tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. Misalnya, jika kebijakan baru akan mengakibatkan penurunan laba yang dilaporkan, manajemen mungkin memilih untuk menundanya untuk menghindari dampak negatif pada persepsi investor atau harga saham. Keputusan ini menunjukkan bagaimana manajemen laba dapat terjadi melalui kebijakan akuntansi, dengan tujuan untuk mempengaruhi hasil laporan keuangan sesuai dengan kepentingan perusahaan.
- Perubahan Aktiva Secara Sukarela
Manajemen juga dapat memilih untuk mengubah metode pencatatan akuntansi untuk aset tertentu sebagai strategi untuk mempengaruhi pelaporan keuangan. Misalnya, perusahaan dapat memutuskan untuk menggunakan metode penyusutan yang berbeda untuk aset tetap atau mengubah metode penilaian persediaan. Perubahan ini harus dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diakui, namun pilihan metode tertentu bisa disesuaikan untuk mempengaruhi hasil laporan keuangan. Pemilihan metode yang berbeda dapat berdampak pada nilai tercatat aset, depresiasi, dan laba bersih, memberikan fleksibilitas kepada manajemen dalam melaporkan kinerja finansial perusahaan.
- Tuntutan Pasar dan Ekspektasi Investor
Faktor eksternal seperti tuntutan pasar dan ekspektasi investor juga dapat mendorong praktik manajemen laba. Perusahaan sering kali merasakan tekanan untuk memenuhi atau melampaui ekspektasi analis pasar dan target keuntungan. Untuk memenuhi harapan ini, manajemen mungkin melakukan penyesuaian pada laporan keuangan untuk menjaga citra perusahaan yang positif di mata investor. Praktik ini dapat mencakup pergeseran pengakuan pendapatan, penyesuaian biaya, atau penggunaan metode akuntansi yang berbeda untuk menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan target yang ditetapkan.
- Kondisi Ekonomi dan Lingkungan Bisnis
Kondisi ekonomi dan lingkungan bisnis juga mempengaruhi keputusan manajemen laba. Dalam situasi ketidakpastian ekonomi atau ketidakstabilan pasar, perusahaan mungkin menggunakan manajemen laba untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih stabil dan menarik bagi investor. Misalnya, dalam periode resesi atau penurunan pasar, perusahaan mungkin memilih untuk menunda pengakuan biaya atau mempercepat pendapatan untuk menunjukkan ketahanan finansial.
Pola-Pola Manajemen Laba
Manajemen laba adalah praktik yang sering dihadapi dalam dunia bisnis, dan berbagai pola manajemen laba dapat muncul dalam berbagai kondisi dan strategi perusahaan. Setiap pola memiliki karakteristik unik yang mencerminkan tujuan tertentu dalam mengelola laporan keuangan. Berikut adalah penjelasan mendalam mengenai pola-pola manajemen laba yang umum terjadi:
- Taking a Bath
Pola “Taking a Bath” biasanya terjadi ketika ada pergantian manajemen atau ketika perusahaan mengalami tahun yang buruk secara finansial. Istilah ini mengacu pada strategi di mana perusahaan memilih untuk mengakui semua kerugian dan penurunan nilai aset secara bersamaan dalam satu periode. Tujuannya adalah untuk “membersihkan” laporan keuangan dari beban masa lalu, sehingga manajemen baru dapat memulai dengan laporan yang bersih. Dengan cara ini, perusahaan dapat menunjukkan peningkatan kinerja di masa depan lebih mudah, karena kerugian besar telah diperhitungkan sebelumnya. Strategi ini juga membantu menghindari dampak negatif dari kerugian yang tidak terakui selama periode yang akan datang.
- Income Minimization
Pola minimisasi pendapatan muncul ketika perusahaan sedang mengalami profitabilitas tinggi, tetapi memutuskan untuk menunjukkan laba yang lebih rendah. Tujuan dari pola ini sering kali adalah untuk menghindari perhatian berlebihan dari regulator atau untuk mengurangi kewajiban pajak. Manajemen dapat mempercepat pengakuan biaya atau menunda pengakuan pendapatan untuk menurunkan laba yang dilaporkan. Meskipun tampaknya kontraproduktif, pola ini bisa bermanfaat dalam jangka panjang dengan mengoptimalkan beban pajak dan mengelola ekspektasi pasar. Ini juga bisa membantu dalam merencanakan strategi jangka panjang yang lebih berkelanjutan.
- Income Maximization
Sebaliknya dari minimisasi pendapatan, pola maksimisasi pendapatan dilakukan ketika perusahaan perlu menunjukkan kinerja keuangan yang kuat, misalnya, dalam situasi di mana perusahaan memerlukan refinancing utang atau memenuhi harapan analis pasar. Dalam pola ini, manajemen mungkin memilih metode akuntansi yang memungkinkan pengakuan pendapatan lebih awal atau mengurangi biaya untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Meskipun pola ini dapat memberikan manfaat jangka pendek dan memperbaiki citra perusahaan di mata investor, penting untuk menjalankannya dengan hati-hati untuk menghindari risiko yang dapat memengaruhi keberlanjutan finansial di masa depan.
- Income Smoothing
Pola “Income Smoothing” atau pemulusan pendapatan adalah praktik yang dilakukan untuk membuat pendapatan tampak lebih stabil dari waktu ke waktu, mengurangi volatilitas yang dapat menimbulkan kecemasan di kalangan investor. Ini dilakukan dengan mengatur waktu pengakuan pendapatan dan pengeluaran agar fluktuasi dapat diratakan. Dengan memiliki pendapatan yang stabil, perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor dan nilai pasar mereka dalam jangka panjang. Pola ini berfungsi untuk mengurangi dampak dari fluktuasi musiman atau situasional yang bisa memengaruhi laporan keuangan, serta membantu perusahaan dalam menjaga persepsi positif di pasar.
Teknik-Teknik Manajemen Laba
Teknik manajemen laba digunakan untuk memanipulasi laporan keuangan dengan cara yang sering berada di antara praktik etis dan manipulatif. Meskipun teknik-teknik ini dilakukan dalam kerangka standar akuntansi yang berlaku, mereka sering kali digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Berikut adalah beberapa teknik manajemen laba yang umum digunakan:
- Perubahan Metode Akuntansi
Perubahan metode akuntansi adalah teknik yang sering digunakan untuk mempengaruhi laporan keuangan. Ini mencakup perubahan dalam metode amortisasi, depresiasi, atau pengakuan pendapatan. Misalnya, perusahaan mungkin beralih dari metode depresiasi garis lurus ke metode depresiasi saldo menurun. Perubahan ini dapat meningkatkan biaya depresiasi di awal periode dan menurunkan laba bersih saat ini, dengan harapan bahwa laba akan meningkat di periode mendatang setelah biaya depresiasi tinggi diakui.
- Kebijakan Perkiraan Akuntansi
Manajemen dapat mempengaruhi hasil laporan keuangan dengan mengubah kebijakan perkiraan akuntansi. Ini termasuk perubahan dalam estimasi untuk kerugian piutang, garansi produk, atau perkiraan lainnya yang berbasis pada dugaan manajemen. Dengan menyesuaikan estimasi ini, manajemen dapat mengatur jumlah biaya yang diakui dalam periode tertentu, sehingga mempengaruhi laba yang dilaporkan. Misalnya, menurunkan estimasi kerugian piutang dapat meningkatkan laba yang dilaporkan, sementara meningkatkan estimasi garansi produk dapat menurunkan laba.
- Pengaturan Waktu Transaksi
Teknik pengaturan waktu transaksi melibatkan penjadwalan transaksi untuk mempengaruhi laba periode berjalan. Misalnya, manajemen mungkin mempercepat penjualan atau pengiriman barang dan jasa di akhir periode untuk meningkatkan pendapatan yang dilaporkan. Sebaliknya, mereka mungkin menunda pengakuan biaya hingga periode berikutnya untuk mempertahankan laba saat ini. Teknik ini digunakan untuk mengatur kapan pendapatan dan biaya diakui, dengan tujuan mempengaruhi laporan keuangan secara strategis.
- Penyusunan Kembali Aktivitas Bisnis
Penyusunan kembali aktivitas bisnis melibatkan perubahan struktur atau sifat operasi bisnis untuk mempengaruhi laporan keuangan. Ini bisa termasuk menjual aset yang tidak menguntungkan atau mengkonsolidasikan operasi untuk mengurangi biaya. Misalnya, perusahaan mungkin menjual aset yang menyebabkan penurunan laba keseluruhan atau mengoptimalkan struktur biaya dengan mengkonsolidasikan operasi untuk meningkatkan efisiensi. Teknik ini sering digunakan untuk membuat perubahan yang dapat mendukung narasi positif tentang kinerja perusahaan dan memperbaiki laporan keuangan.
- Penggunaan Instrumen Keuangan atau Derivatif
Instrumen keuangan atau derivatif dapat digunakan untuk mengelola atau “menghaluskan” pendapatan. Misalnya, melalui hedging, perusahaan dapat mengurangi dampak fluktuasi nilai tukar mata uang atau perubahan harga bahan baku terhadap laporan keuangan mereka. Teknik ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola risiko keuangan dengan lebih baik dan mengurangi volatilitas dalam laporan keuangan, sehingga menciptakan tampilan yang lebih stabil dari kinerja keuangan.
Kesimpulan Manajemen laba adalah praktik di mana manajemen perusahaan mempengaruhi angka-angka dalam laporan keuangan secara sengaja untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menarik investor atau memenuhi ekspektasi pasar. Praktik ini tidak selalu negatif, karena sering kali digunakan untuk memanfaatkan fleksibilitas dalam standar akuntansi guna mengoptimalkan atau menstabilkan laporan keuangan perusahaan. Namun, perbedaan antara manajemen laba yang sah dan manipulasi laporan keuangan terletak pada batasan yang ditetapkan oleh prinsip akuntansi yang berlaku. Dengan demikian, meskipun manajemen laba dapat menjadi alat strategis dalam pengelolaan keuangan, penting untuk melakukannya dengan transparansi dan etika untuk menghindari dampak negatif pada kepercayaan pasar dan reputasi perusahaan.
Referensi
Beaver, W. H., & Engel, E. E. (1996). Discretionary accruals and the predictability of earnings. Journal of Accounting and Economics, 22(1-3), 105-125.
Bebeish, K. (1997). The association between market-to-book ratios and firm-specific attributes. The Accounting Review, 72(3), 505-523.
Chen, S., & Cheng, Q. (2002). On the relationship between managerial compensation and earnings management. Journal of Accounting and Economics, 33(1), 105-128.
DeAngelo, L. E. (1986). Accounting numbers as market signals. Journal of Accounting and Economics, 8(1), 3-34.
Dechow, P., Sloan, R. G., & Sweeney, A. P. (1995). Detecting earnings management. The Accounting Review, 70(2), 193-225.
Healy, P. M. (1985). The effect of bonus schemes on accounting decisions. Journal of Accounting and Economics, 7(1-3), 85-107.
Jones, J. J. (1991). Earnings management during import relief investigations. Journal of Accounting Research, 29(2), 193-228.
McNichols, M., & Wilson, G. P. (1988). Evidence of earnings management from the provision for bad debts. Journal of Accounting Research, 26(1), 1-31.
Nasution, D. A., & Setiawan, W. (2007). Manajemen laba dan implikasinya terhadap laporan keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 9(2), 115-132.
Scott, W. R. (2000). Financial accounting theory. Prentice Hall.
Sulistyanto, M. (2008). Model empiris dalam manajemen laba: Tinjauan terhadap pengukuran akrual dan akrual spesifik. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 15(1), 45-67.
Wahyono, B., & dkk. (2013). Teori dan aplikasi manajemen laba: Perspektif terbaru. Yogyakarta: Andi Offset.
Widowati, E. (2009). Motivasi dan strategi dalam manajemen laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 12(1), 77-89.
Setiawati, D. (2010). Analisis manajemen laba dan implikasinya dalam corporate governance. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 14(2), 103-118.