Teori akuntansi positif menjelaskan bahwa perusahaan diberi kebebasan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan dan menurunkan biaya kontrak. Kebebasan yang diberikan kepada perusahaan tersebut menyebabkan manajer perusahaan dapat melakukan tindakan opportunistik (opportunistic behavior). Tindakan oppurtunistik yang dilakukan oleh perusahaan berkaitan dengan manajemen laba.
Manajemen laba juga dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan laba yang dimiliki. Hal ini dilakukan agar perusahaaan bisa mencapai target laba yang telah ditetapkan dan terpenuhinya kepuasan manajer secara pribadi maupun selaku agen perusahaan. Manajemen laba dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan 3 motivasi yang mendasari :
a. Program Bonus (bonus plan)
Perusahaan dengan program bonus akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba tahun berjalan. Hal ini disebakan karena laba selalu digunakan sebagai pengukur keberhasilan kinerja perusahaan.
b. Perjanjian Hutang (debt covenant)
Perusahaan akan meningkatkan laba dengan melakukan manajemen laba. Laba ini akan digunakan oleh perusahaan untuk mencegah adanya biaya yang timbul karena tidak memenuhi syarat yang terdapat dalam perjanjian hutang.
c. Biaya Politik (political cost)
Perusahaan dengan biaya politik akan memilih metode akuntansi yang dapat mengurangi laba. Hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah adanya biaya politis yang dapat terjadi, seperti : pengenaan pajak yang tinggi dan terjadinya intervensi dari pemerintah. Pemilihan metode akuntansi yang mengurangi laba juga dilakukan untuk menghindari perhatian yang lebih dari konsumen, media, pemerintah dan regulator.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori akuntansi positif memiliki kaitan dengan premanaged earnings dan mengakui adanya hubungan keagenan yang terjadi antara manajemen dengan pemilik, manajemen dengan kreditur dan manajemen dengan pemerintah. Asimetri informasi yang terjadi diantara prinsipal dengan agen menyebabkan terjadinya konflik kepentingan dan moral hazard (Watts dan Zimmerman, 1986).

