Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
   

Pada era sebelum tahun 1870 para ekonom mengemukakan bahwa untuk mencapai pembangunan ekonomi yang tinggi dibutuhkan peran modal sebagai bagian terpenting. Penggunaan modal tersebut untuk meningkatkan produksi dari sisi penawaran yang tinggi, sehingga berdampak pada tingginya jumlah permintaan. Namun dalam prakteknya, penawaran yang tinggi tersebut tidak diimbangi oleh permintaan yang tinggi pula sehingga menimbulkan masalah seperti kelebihan produksi, penganguran dan deflasi. Secara umum asumsi yang digunakan Kaum Klasik yaitu perekonomian dalam keadaan full employment, perekonomian terdiri dari dua sektor (produsen dan konsumen), tidak ada campur tangan pemerintah dan perekonomian diserahkan ke mekanisme pasar. Tokoh-tokoh pertumbuhan Klasik yaitu Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus.

1) Pandangan Adam Smith

Adam Smith merupakan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan kebijaksanaan laissez-faire, dan merupakan ahli ekonomi yang banyak berfokus pada permasalahan pembangunan. Dalam bukunya An Inquiry into the Natural and Causes of the Wealth of Nation (1776) ia mengemukan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang yang sistematis. Inti dari proses pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dibagi menjadi dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.

a) Pertumbuhan Output

Sistem produksi nasional suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu:

  • Sumber daya alam (faktor produksi tanah)
  • Sumber daya manusia (jumlah penduduk)
  • Stok kapital yang tersedia.

Sumberdaya alam merupakan faktor pembatas (batas atas) dari pertumbuhan ekonomi. Selama sumberdaya alam belum sepenuhnya dimanfaatkan maka yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumberdaya manusia (tenaga kerja) dan stok kapital. Namun, jika sumberdaya alam telah dimanfaatkan sepenuhnya (dieksploitir) atau dengan kata lain batas atas daya dukung sumberdaya alam telah dicapai maka pertumbuhan ekonomi akan berhenti. Sumber daya manusia atau jumlah penduduk dianggap mempunyai peranan yang pasif di dalam pertumbuhan output. Artinya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan tenaga kerja di suatu masyarakat, berapapun tenaga kerja yang dibutuhkan akan dapat terpenuhi. Dengan demikian, faktor tenaga kerja bukan kendala di dalam proses produksi nasional. Faktor kapital merupakan faktor yang aktif dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu akumulasi kapital sangat berperanan dalam proses pertumbuhan ekonomi.

b) Pertumbuhan Penduduk

Mengenai peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi, Adam Smith berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, maka akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Perkembangan spesialisasi dan pembagian kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi karena adanya spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi (Sukirno, 2010).

2) Pandangan David Ricardo

Pandangan Ricardo mengenai proses pertumbuhan ekonomi berfokus pada laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga mengungkapkan adanya keterbatasan faktor produksi tanah yang bersifat tetap sehingga akan menghambat proses pertumbuhan ekonomi (the law of demishing return). Proses pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo dalam Sukirno (2010) yaitu :

  • Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam masih melimpah sehingga para pengusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung pada keuntungan, maka laba yang tinggi tersebut akan diikuti dengan pembentukan modal yang tinggi pula. Pada tahap ini maka akan terjadi kenaikan produksi dan peningkatan permintaan tenaga kerja.
  • Pada tahapan kedua, karena jumlah tenaga kerja diperkerjakan bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah tersebut akan mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan mutunya akan semakin rendah. Akibatnya, setiap tambahan hasil yang diciptakan oleh masing-masing pekerja akan semakin berkurang. Dengan semakin terbatasnya jumlah tanah yang dibutuhkan, maka harga sewa lahan akan semakin tinggi. Hal ini akan mengurangi keuntungan pengusaha yang menyebabkan pengusaha tersebut mengurangi pembentukan modal dan menurunkan permintaan tenaga kerja yang berakibat pada turunnya tingkat upah.
  • Tahap ketiga ditandai dengan menurunnya tingkat upah dan pada akhirnya akan berada pada tingkat minimal. Pada tingkat ini, perekonomian akan mencapai stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan
GAMBAR Gerakan Kearah Stasioner
GAMBAR : Gerakan Kearah Stasioner

Pada Gambar diatas tenaga kerja diukur sepanjang garis horizontal (X), dan jumlah produk dikurangi sewa sumbu vertikal (Y), kurva OP adalah fungsi produksi yang menunjukkan total produk dikurangi sewa sebagai fungsi dari penduduk. Karena penduduk meningkat, maka kurva OP mendatar sesuai dengan Law of deminshing return. Garis lurus yang melalui titik pusat OW mengukur upah nyata konstan. Jarak vertikal antara garis horizontal OX dan garis singkat keseluruhan upah OW mengukur jumlah rekening upah pada tingkat penduduk. Jadi W1 N1,W2 N2, dan W3 N3 adalah jumlah rekening upah pada tingkat penduduk ON1, ON2, ON3. Pada waktu rekening uapah adalah W1 N1, keuntungan adalah P1 W1 (yaitu jumlah keseluruhan produk dikurangi sewa dibagi jumlah rekening upah atau P1 N1 – WI N1). Pada waktu keuntungan P1 W1 investasi terangsang. Permintaan terhadap buruh meningkat menjadi ON2, dan tingkat upah naik menjadi W2 N2. Ini akan meningkatkan investasi dan kemajuan teknik lebih lanjut dan kenaikan permintaan akan buruh menjadi ON3. Tetapi keuntungan akan menurun menjadi P3 W3. Proses penumpukan modal, kemajuan teknik, peningkatan penduduk, dan tingkat upah ini akan berlangsung sampai keuntungan lenyap sama sekali pada titik S, dan timbul stasioner (Suryana, 2000).

Dalam teori pertumbuhan ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 2010).

Persamaanya adalah sebagai berikut : Y = f(K, L, R, T)

Keterangan

Y : tingkat pertumbuhan ekonomi

K : jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan

L : jumlah dan kualitas tenaga kerja yang digunakan

R : jumlah dan jenis kekayaan yang digunakan

T : tingkat teknologi yang digunakan

3) Pandangan Robert Malthus

Dalam teorinya, Malthus mengemukakan penduduk akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dimana pertambahan penduduk meningkat secara deret ukur sedangkan pertambahan bahan makanan meningkat secara deret hitung. Seperti halnya David Ricardo, Malthus berbeda pendapat dengan Smith yang belum menyadari hukum hasil yang semakin berkurang, perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi karena dapat memperluas pasar. Sedangkan Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang berjalan dengan cepat akan memperbesar jumlah hingga menjadi dua kali lipat dalam satu generasi sehingga dapat menurunkan kembali tingkat pembangunan ekonomi ke taraf yang lebih rendah. Pada tingkat ini, pekerja akan menerima upah yang sangat minim atau upah subsisten (Sukirno, 2010).

Sumber Bacaan

Sadono Sukirno, 1985, Pengantar Teori Mikroekonomi, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.

Sadono Sukirno, 2000, Makroekonomi Modern, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sadono Sukirno, 2002, Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sadono Sukirno, 2004, Makro Ekonomi Teori Pengantar, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.

Sadono Sukirno, 2010, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan, Edisi kedua, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Sadono Sukirno, 2012, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Rajawali Pers, Jakarta.

Suryana, 2000, Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

 

Tags: ,

Diposting oleh hestanto


Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *